Jumat, 03 April 2009

Dominasi Partai Besar


Tidak lama lagi pemilihan umum (pemilu) 2009 akan dilaksanakan, partai politik selaku kontestan pemilu yang ke-tiga di era reformasi, pada level kepengurusan provinsi dan kabupaten/kota di Maluku, tengah disibukan dengan proses konsolidasi pada semua tingkat kepengurusan. Konsolidasi yang gencar dilakukan tersebut, bertujuan untuk memperoleh suara yang sebanyak-banyaknya guna melangkah mulus ke parlemen.
Baik itu partai politik besar dan partai politik kecil pendatang baru, maupun partai politik kecil yang sudah dua kali mengikuti pemilu, pasca runtuhnya pemerintahan Orde Baru di provinsi dan kabupaten/kota di Maluku, memiliki optimisme untuk mendudukan wakilnya di parlemen melalui hasil Pemilu 2009.
Bagi partai politik besar yang telah berulangkali mengikuti pemilu, akan mengharapkan dukungan dari para “pemilih pelanggan tetap” (basis massa) mereka, yang merupakan segmentasi dukungan mereka dari pemilu ke pemilu. Sedangkan bagi partai politik kecil pendatang baru dalam Pemilu 2009, tidak memiliki “pemilih pelanggan tetap”. Sementara partai politik kecil yang sudah dua kali mengikuti pemilu, akan berupaya memelihara basis pemilih mereka sekaligus berusaha melakukan ekspansi basis pemilih.
Karena itu, suara yang diperebutkan oleh partai politik kecil pendatang baru dalam Pemilu 2009 mendatang, adalah suara dari para pemilih yang pindah partai politik (swinging voters). Partai politik kecil pendatang baru yang memperebutkan suara dari para pemilih pindah partai politik tersebut, diperkirakan tidak akan terlampau signifikan untuk memaksimalkan perolehan suara mereka dalam pemilu. 
Fenomena ini merupakan problem institusionalisasi partai kecil pendatang baru dalam Pemilu 2009, sebab mayoritas memiliki idiologi yang sama dengan partai-partai politik besar, yang telah berulangkali mengikuti pemilu, baik itu pada masa Orde lama, Orde Baru maupun era reformasi. Dimana hanya bermain dalam tiga hubungan ideologi besar yakni; nasionalis-sosialis, nasionalis-religius, dan sosialis-religius.(Riswandha, 1998).
Misalnya terdapat Partai Mata Hari Bangsa (PMB), berakar dari idiologi nasionalis-religius, mirip dengan idiologi yang diusung Partai Amanat Nasional (PAN), dimana sama-sama mengharapkan dukungan dari kaum Muslim modernis-Muhammadiyah. Begitu juga terdapat Partai Demokrasi Pembaharuan (PDP), berakar dari idiologi nasionalis-sosialis, mirip dengan idiologi yang diusung Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDP). Dimana sama-sama mengharapkan dukungan dari kaum Marhaenis, Soekarnois, Nasionalis, dan kelompok populis.(Erawan, 2007).
Melihat fenomena itu, diperkirakan pada Pemilu 2009 mendatang partai-partai politik besar, yang berakar dari tiga idiologi besar tersebut, masih akan mendominasi perolehan suara pada Pemilu 2009 di provinsi maupun kabupaten/kota di Maluku. Sehingga formasi perolehan kursi parlemen dilevel provinsi maupun kabupaten/kota di Maluku, juga masih akan didominasi oleh partai-partai besar, antara lain Partai Golkar, PDIP, PKS dan PPP. Sementara partai-partai lainnya akan meraih kursi yang bervariasi, antara 1-3 kursi.
Bagi Partai Golkar dan PDIP kemungkinan besar hanya akan mengalami rotasi peringkat perolehan suara dari posisi satu keposisi kedua ataupun sebaliknya pada posisi semula. Begitu-pun PKS dan PPP akan mengalami roling peringkat perolehan suara dari posisi ketiga keposisi keempat ataupun sebaliknya pada posisi awal. Realitas ini terjadi, dengan melihat dinamika keempat partai politik besar tersebut baik secara internal maupun eksternal.(M.J Latuconsina).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar